Langsung ke konten utama

PAI Kupang Tengah & Komunitas NTT Peduli Cerdas Berbagi Kebersamaan di Pelosok NTT


Foto bersama anak-anak dan pengurus SD Muhammadiyah Mnelabesa Tili'u 


By : Ichadiass

Mereka putra-putri penerus bangsa yang hidup jauh di pelosok NTT. Jauh dari keramaian dan kebisingan kota. Mereka putra-putri yang harus melangkahkan kaki setiap pagi untuk menuntut ilmu. Disaat orang-orang masih menutup diri di bawah kehangatan selimut pagi, mereka telah keluar dari pintu rumahnya, berjalan dengan kaki kecil mereka, menelusuri jalan bebatuan, menembus dinginnya kabut pagi, sesekali mereka mendapat sedikit kehangatan dari sinar mentari yang menembus dedaunan rimbun. 

Senang rasanya mendapat kesempatan bertatap wajah dengan siswa-siswi SD Muhammadiyah Mnelabesa yang terletak di desa Tili'u. Tili'u, itulah nama desanya, desa kecil yang berada di pedalaman kota Soe. Untuk mencapai desa Tili'u, saya harus menaiki bis antar kota, kemudian dilanjutkan dengan menaiki ojek untuk sampai ke desa tersebut.  Perjalanan dari Kupang sampai ke desa Tili'u memakan waktu kurang lebih 4 jam perjalanan. Namun, apalah arti 4 jam perjalanan itu, tak ada rasa letih yang hinggap di tubuhku. Oh, jangan berpikir aku layaknya manusia super yang tak mengenal letih, tidak, tidak seperti itu. Hanya saja, segala keletihan perjalanan itu seketika sirna ketika kami disambut oleh senyum tulus siswa-siswi SD Muhammadiyah Mnelabesa, juga keramahan guru-guru dan masyarakat setempat. Oh, ya, tak jauh dari SD Muhammadiyah Mnelabesa terdapat satu panti asuhan. Panti asuhan itu dikenal dengan nama panti asuhan Abu Bakar Sidik yang berada satu kompleks dengan SD Muhammadiyah Mnelabesa. Panti asuhan itu difungsikan layaknya asrama bagi anak-anak SD kelas 4 hingga kelas 6 yang jarak rumahnya terlampau jauh dari sekolah. Kehadiran panti membantu para murid agar dapat hadir di sekolah tepat pada waktunya. Sehingga, tak ada pelajaran di sekolah yang terlewat. Juga memperpendek jarak yang harus ditempuh bagi siswa-siswi SD Muhammadiyah Mnelabesa. 

Waktu berkunjung ke sana, langit telah menunjukkan waktu petang. Waktu sekolah telah usai beberapa jam sebelumnya. Untungnya guru-guru di sana telah mengetahui rencana kedatanganku bersama  rekanku sehingga, mereka siswa-siswi telah dikumpulkan bersama beberapa warga setempat menunggu kedatanganku bersama rekanku. 

Di sana kami bersama-sama berbagi rasa, berbagi kata, berbagi nilai, juga pengalaman. Mereka menyadarkanku bahwa betapa jarangnya aku tersenyum syukur dengan segala hal yang aku miliki. Aku selalu mengeluh meminta lebih pada apa yang ada, juga selalu menjatuhkan pandangan mengundang keinginan pada hal-hal yang tidak aku miliki. Sedang mereka di sini, dari membuka mata hingga kegelapan datang menutup mata, segalanya adalah serba seadanya, bahkan kekurangan. Tapi, mereka tak meratapi kehidupan itu. Mereka menjalani segalanya dengan rasa ikhlas dan bahu yang ringan. Kata salah satu warga "Hidup itu harus dibarengi dengan rasa syukur, jika lupa bersyukur, semua harta yang  dipunya tak akan ada nilainya di mata. Orang akan selalu merasa dalam kesulitan dan kekurangan. Sebab, mata selalu melihat pada apa yang tak dimiliki, sedang mata sengaja menjadi buta pada harta yang ada di sisi mereka."

Tulisan ini juga terbit di blog "Ichadiass" dengan judul "Melangkah di Pelosok NTT, Desa Tili'u Hadirkan Rasa Syukur dalam Langkah." Atau bisa diakses melalui alamat url di bawah ini:

Https://ichadiass.blogspot.com/2021/07/melangkah-di-pelosok-ntt-desa-tiliu.html


Komentar