Kalimat itu masih terekam jelas di dalam hati dan fikiranku, "Percayalah, Allah tak pernah tidur, Allah tak akan menelantarkan orang-orang yang berjalan di jalan-Nya."
Waktu itu, cuaca sedang tidak baik, maksudku tidak baik untuk kami yang akan melakukan perjalanan. Hujan sedang deras-derasnya, begitu pula angin dan gelombang. Namun, kondisi itu tak menghentikan kami dari dorongan hati kami untuk menyampaikan titipan orang-orang baik untuk diberikan ke jalan Allah.
Berbekal perlengkapan seadanya, kami akhirnya membuka langkah kami, membiarkannya berjalan menuntun hati, fikiran, dan niat kami menuju desa Mekko, Adonara. Kami pun berangkat dari kota Kupang menggunakan feri dengan jalur Kupang-Larantuka dan memakan waktu kurang lebih 15 jam. Dari pelabuhan feri Larantuka, kami masih harus melakukan perjalanan darat sekitar 10 menit menuju pelabuhan kecil untuk nantinya kembali naik kapal kecil untuk menyebrang ke Waiwerang. Dan dari Waiwerang, kami melanjutkan perjalanan darat menggunakan pickup kurang lebih selama 1 jam menuju desa Mekko, Adonara.
Pada titik ini, sungguh patut untuk kami syukuri. Tim kami hanya beranggotakan tiga orang wanita yang membawa titipan kebaikan orang-orang berupa sajadah masjid berukuran satu meter sebanyak sepuluh buah beserta Alquran, iqro, dan perlengkapan alat sholat. Sungguh Maha Besar Allah sebab sepanjang perjalan selalu saja ada orang-orang yang dengan senang hati mengulurkan tangan mereka kepada kami. Mulai dari membantu memberi tumpangan kendaraan, hingga tumpang rumah beserta konsumsi kami selama berada di Adonara. Sungguh, terima kasih kepada kalian yang sudah membantu kami untuk menunaikan niat kami!
Sesampainya di Mekko kami langsung melakukan proses penyaluran bantuan kepada imam masjid. Dan usai proses penyaluran, kami pun bersapa hangat dengan imam beserta pengurus masjid, juga warga sekitar sambil menyantap jamuan dari para warga. Walaupun jamuan yang mereka berikan ala kadarnya, tapi keramahan serta ketulusan mereka menjadikan rasa ala kadar menjadi luar biasa.
Di tengah pembicaraan bersama imam dan para pengurus masjid, kami pun menceritan tentang perjalanan kami, bahwa betapa bersyukurnya kami saat di tengah kekurangan kami, ternyata Allah mengirimkan bantuannya melalui orang-orang di sekitar kami. Dan di situ, saat kami tengah asyik bercerita, sang imam yang sedari tadi menyimak akhirnya membuka suara, "Percayalah, Allah tak pernah tidur, Allah tak akan menelantarkan orang-orang yang berjalan di jalan-Nya."
Kalimat itu mengingatkanku pada salah satu sifat Allah yaitu Wujud, yang berarti ada. Bahwasanya ketika kita percaya kepada Allah, maka kita dapat merasakan keberadaan Allah melalui alam sekita juga kejadian-kejadian yang terjadi. Dalam hal ini, bantuan-bantuan yang kami dapatkan selama perjalanan membuka mata kami akan kehadiran Allah dalam setiap langkah kami. Bahwa ketika kita berjalan di jalan Allah, maka di setiap langkah itu selalu ada Allah yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui.
Komentar
Posting Komentar