Langsung ke konten utama

17 Agustus, Semarak di Tanah Tli'u bersama Siswa-Siswi SD Muhammadiyah Tli'u


Bunyi peluit terdengar memekikkan telinga dan hitungan mundur tiga, dua, satu, memenuhi lapangan sekolah SD Muhammadiyah Tli'u. Sorak sorai anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, bahkan para manula turut ikut bersorak berbagi tawa kebahagiaan. Ah, momen kemeriahan tujuh belas Agustus waktu itu sungguh luar biasa. 

Kembali menginjakkan kaki di atas tanah Tli'u adalah suatu momen tersendiri yang selalu kudambakan. Kehangatan kasih tulus masyarakat di sana dan tawa riang anak-anak Tli'u terasa bagaikan rumah yang selalu menungguku untuk pulang sejenak melepas penat kehidupan. Dan akhirnya, pada tujuh belas Agustus beberapa waktu lalu aku bersama kerabatku, Humaira, bisa kembali menapakkan kakiku di atas tanah yang selalu kami rindukan, tanah desa Tli'u.

Bekerja sama dengan bapak ibu guru SD Muhammadiyah Tli'u, kami bersama-sama mengadakan lomba tujuh belasan untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia. Dan untuk pesertanya, tentu saja siswa/siswi SD Muhammadiyah Tli'u. 

Lomba-lomba yang kami adakan sangat bervariasi, diantaranya, lomba gigit sendok yang diisi kelereng sambil berjalan ke garis finis, lomba futsal, lomba lari, lomba berjalan cepat oleh dua orang per tim sembari sebelah kaki dengan tali, lomba tarik tambang, dan lomba membuat burung dari kertas origami.  

Selain mengadakan lomba, kami bersama siswa-siswi di sana juga bermain permainan dari masa kecilku dulu yang kini hampir hilang ditelan perkembangan zaman. Seperti permainan lompat tali merdeka dan permainan bola bekel. 

Keseruan bersama siswa-siswi di sana sungguh tak ada duanya. Saat waktu siang tiba, kami dan pastinya ada siswa-siswi sebagai tangan kanan, bersama-sama memasak untuk makan siang. 



Makan siang kami di sana bisa dikatakan cukup sederhana. Ubi rebus, pisang rebus, juga pisang bakar. Namun, momen kebersamaan yang hadir membuat kesederhanaan itu terasa begitu menakjubkan. 

Sayangnya kami tak bisa berlama-lama di desa Tli'u. Waktu tiga hari terasa begitu singkat. Padahal kami masih ingin meluangkan waktu kami bersama anak-anak di sana, masyarakat di sana, berbagi cerita, harapan, juga wawasan. Namun, masih ada tanggung jawab lain yang menunggu kehadiran kami.

Semoga di waktu yang akan datang kami masih mendapat kesempatan untuk kembali pulang. Pulang ke tanah yang selalu kami rindukan, tanah desa Tli'u. 






Komentar