Senandung Kerinduan; Pulanglah... Rayuan Tanah Berjanji
Alunan gendang dan gong menggema dalam jiwa, panggilan rumah suku membungkus dalam raga, anak pianak bergandeng niat tuntaskan rindu, seperti azan yang menunggu iqomah untuk sebuah takbiratul ihram.
Resah dalam diamku, menggema batin yang terdiam dalam penantian, suara nyanyian lego-lego, sahut menyahut menyambut pahlawan 'Lewo' yang kembali bersimpu di tanah berjanji, yang pergi karena tanggung jawab dan kembali karena rindu yang bersua.
Dari kejauhan kumenatap langit, seperti menggambarkan cerita indah tentang Lewo, guratan rindu yang membuncah kuukir dalam bulir 'pendosa' yang mengalir tanpa diminta
Tujuh rumah kebanggaan menanti dengan sabar untuk menuntaskan rindu pada hembusan angin yang sepi,
Aku berdiri dan kumandangkan takbir akan keresahan karena tidak kembali memeluk tanah berjanji, diamku terpaku
Hujan yang turun membasahi tanah berjanji apakah menjadi saksi keresahan inang yang menanti anaknya yang tak kembali??
Di tepi pantai, harapan dibisikkan pada laut, mengguncang tanah yang merasakan, kembali pecah bulir itu membasahi harapan yang dititipkan pada puncak gunung Nappo untuk Sang Pencipta
Sahutan gong dan gendang, kembali beradu dengan tarian lego-lego, menenangkan alam kesadaran, tentang rasa yang terselubung rindu, membuncah yang harus dituntaskan seperti wai lellu (air bambu)
Komentar
Posting Komentar