Pilar-pilar mulai melemah dengan hadirnya aroma niat yang mencapai pada keinginan yang tertahan. Sang pembisikpun hadir dan menabur pesona gendang dalam jiwa yang mendalam sehingga terkalahkan oleh niat yang tulus. Maka mataku terbuka, walau yang lain tak ingin. Ini tak bisa lagi kuberi anggukan. Semakin lama napasku dipenuhi warna para pelahap. Dan itu tak boleh mendapat ketukan palu.
Sayangnya, di tengah usaha jiwa mengelus manis arus yang bergejolak, sepasang mata menatap dengan kebutaan. Mata itu melihat, namun ia berpaling pada kehampaan. Dalam damai ia menabur debar, dalam suka ia menabur duka. Di ujung langkah, jiwa terkepung oleh kehendak yang tak bertuan. Prasangka perlahan menyangkal kebenaran. Ruang kewarasan memohon atas satu kuasa.
Pada baris kehidupan ini, seharusnya sudah waktunya bab penutup menutup arus cerita ini. Tak perlu lagi ada sangkaan dalam bingkai kehidupan ini. Tak perlu lagi ada catatan dosa yang Semesta dengar. Mari kembali melangkah pada titik nol. Sebab dunia hanya tentang mengatur pandangan dan pikiran. Dimana kita jatuhkan pandangan, maka itulah yang akan kita lihat.
Memilih objek pandangan dan pikiran adalah sebuah keistimewaan. Tuhan sudah memberikan nikmat bagi kita untuk menentukan pilihan, sebab itu jangan sia-siakan nikmat tersebut dengan membukakan pintu bagi wajah-wajah tak bertanggung jawab untuk menentukan apa yang akan dilihat dan dipikirkan di atas roda dunia kita.
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. (QS. Alisra’ [17]: 7)
Komentar
Posting Komentar