Langsung ke konten utama

Mujahadah An-Nafs

Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. 

Pada seratus dua puluh hari awal kehidupan di dalam kandungan, Tuhan meniupkan roh ke dalamnya, dan sebagai gantinya sang roh membuat janji suci kepada sang Esa, bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dan seisi semesta menjadi saksi akan janji tersebut. Kala mengikrarkan janji tersebut, bunyi ikrar itu menyelinap dan bersemayam jauh di dalam lubuk hati sang roh. Dan ikrar tersebut diam-diam berubah menjadi suara hati yang menyuarakan ikrar esa, 'tiada Tuhan selain Allah. '

Lantas, tahukah kalian apa yang datang setelah ikrar tersebut? 

Kata Allah, "Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Q.s. 02:216) 

Ikrar 'tiada Tuhan selain Allah' bukanlah ikrar kosong tanpa makna. Di dalam ikrar tersebut, terdapat syarat dan ketentuan yang harus kita penuhi. Salah satunya yaitu berperang, walaupun kita tidak menyukai hal tersebut. 

Perang, suatu kata yang telah menjadi pembicaraan hangat sedari awal masa kehidupan hingga kehidupan kita di era modern ini. Kecerahan hidup yang kita rasakan kini adalah buah dari peperangan.  Sehingga, perang adalah sejarah yang memiliki dua sisi mata. Satu sisi adalah kebangkitan dan satu sisi lainnya adalah keruntuhan. Dan perang adalah tentang ketepatan dalam menjatuhkan kata 'ya' dan 'tidak'. Salah menempatkan dua kata tersebut pada akhirnya akan membawa bisu ke dalam ikrar 'tiada Tuhan selain Allah'. 

Maka dari itu Allah mewajibkan kita untuk berperang demi mewujudkan ikrar 'tiada Tuhan selain Allah' di dalam setiap niat dan langkah kehidupan. Yaitu wajib bagi kita untuk berperang dengan cara memberikan kata 'ya' pada setiap perintah Allah, dan menjatuhkan kata 'tidak' pada sumpah iblis: 

Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. [Al-A’râf/16-17]

Begitulah bunyi sumpah iblis ketika Allah mengusirnya dari surga. Ia bersumpah dengan segenap jiwanya bahwa ia akan menjauhkan kami dari jalan kebenaran. Ia dengan segenap hatinya memperdaya mata hati manusia. Dengan semangatnya ia percantik segala bentuk larangan Allah dan sebaliknya ia buat mati hati manusia agar lalai serta tak menyukai segala bentuk perintah Allah. 

Maka dari itu Allah menyerukan kita agar berperang. Berperang melawan hawa nafsu dan tipu daya iblis. Sebab perang tak hanya soal bertempur di medan perang dan gencatan senjata. Usaha kita dalam menjaga diri dari usaha rayuan dan bisikan syaitan adalah bagian dari perang itu sendiri. 

Menjauhkan diri dari sumpah iblis dan mendekatkan diri kepada Allah adalah satu-satunya jalan untuk memegang ikrar 'tiada Tuhan selain Allah'. 


Komentar