Langsung ke konten utama

Peluk Hangat dari Timur, Kisah Perjalanan di Tanah Alor



Alor, sebuah pulau eksotis di Nusa Tenggara Timur yang namanya selalu menggema di telingaku. Ada begitu banyak cerita yang beredar, mulai dari keindahannya, budaya, bahkan hal-hal mistis yang sulit diterima akal. Dan yang paling menggugah rasa penasaranku adalah seperti apa wajah asli Alor terlepas dari semua cerita itu?

Dan akhirnya aku mendapat kesempatan untuk menginjakan kaki di atas tanah Alor. Sebuah perjalanan kecil untuk menyusuri keindahan alam dan budaya yang patut untuk diketahui dunia. Perjalanan ini membuka mataku bahwa cerita-cerita mistis yang melekat pada Alor telah membuat orang-orang menutup mata akan keindahan alam dan budaya tanah alor.

Dalam perjalanan ini aku menggunakan kapal dari kota Kupang kurang lebih selama empat belas jam menuju dermaga Kalabahi. Kala kapal mulai memberi isyarat akan sampai, aku berinisiatif untuk sejenak keluar melihat pemandangan dan sekedar mencari udara segar. Sejujurnya hingga detik kapal akan sandar di pelabuhan, aku masih menyimpan rasa was-was dengan dunia mistis Alor yang sudah aku dengar sejak belia.

Dari atas kapal, mataku terbelalak oleh keindahan Alor. Sejenak rasa was-was dan curiga tergantikan oleh decak kagum. Bagaimana tak kagum, laut nampak begitu jernih, aku bahkan bisa melihat ikan-ikan kecil yang berenang bergelombolan, dunia bawah laut seakan terbuka begitu saja tanpa sekat. Udara yang aku hirup pun begitu segar, aroma asin laut seakan membisikkan selamat datang.


Di hari awal kedatanganku, walau sudah mendapat sajian keindahan alam yang begitu mempesona, jauh di dalam lubuk hati aku masih menjaga jarak dengan warga sekitar, perasaan ingin berjaga-jaga tanpa sadar menggerogoti pikiranku. Lambat laun aku tersadar, untuk apa aku menyusuri tanah Alor jika aku memenuhi pikiranku dengan prasangka-prasangka? Bukankah aksi tersebut hanya membuatku buta akan wajah asli daerah dengan julukan pulau seribu mokko ini?

Aku bersyukur sebab dalam langkahku menjelajahi keindahan budaya Alor, warga sekitar ikut menunjukkan arti kemanusiaan yang sesungguhnya. Wajah-wajah yang kutemui memiliki senyuman yang menarik, penuh ketulusan. Tatapan mata mereka dipenuhi oleh kehangatan yang sulit kutemukan di perkotaan. Gaya bicara mereka begitu tegas dan lantang, lebih lantang dari nada bicara orang-orang yang pernah kutemui, dan itu membuatku sedikit terkejut.

Lambat laun, semakin aku membiasakan diriku di antara mereka, perlahan-lahan aku menyadari bahwa begitulah cara mereka mengekspresikan diri. Nada bicara yang tegas dan lantang tidak menyiratkan kemarahan, atau ketidaksopanan, melainkan itu adalah bentuk dari karakter mereka yang jujur dan kuat.

Dalam perjalananku menyusuri keindahan tanah Alor, aku mendapati keindahan yang unik, aku belum pernah menemukan keindahan ini di tempat lain. Pantai-pantai Alor tidak pernah memberi rasa kecewa. Pasir putih dan laut biru yang begitu jernih, pun kehidupan bawah laut yang tak kalah menarik.

Alor tak hanya tentang pantai, bukit-bukit hijau menjulang dengan begitu gagah seakan mengajakku untuk terus melangkah. Dan pertunjukkan yang tak boleh terlewat di Alor adalah pertunjukkan senja. Saat matahari mulai terbenam, langit biru seakan berubah menjadi lukisan alam yang penuh dengan perpaduan warna jingga, merah, dan ungu. Setiap sudut Alor adalah sebuah keajaiban.

Dari perjalanan ini, aku mendapatkan satu pemahaman yang begitu berharga, bahwa setiap daerah memiliki keunikan dan karakternya sendiri. Tak hanya budaya yang membentuk identitas mereka, tetapi juga paras wajah, watak, bahkan cara mereka tersenyum, semuanya memiliki ciri khas tersendiri. Alor mengajariku untuk tidak membiarkan prasangka membatasi cara pandangku terhadap sebuah tempat atau orang-orang di dalamnya.

Aku datang dengan ketakutan, tetapi aku pulang dengan hati yang penuh syukur. Alor bukan hanya tentang keindahan alamnya, tetapi juga tentang manusia-manusianya, tentang pelajaran yang diam-diam menyelinap ke dalam hati dan mengubah caraku melihat dunia. Sebuah perjalanan yang awalnya penuh keraguan, kini menjadi bagian dari cerita hidup yang akan selalu kusimpan dalam ingatan.

Komentar

  1. Maa syaa Allaah...tulisan yg sngat bgus, menggugah kerinduan ntuk kmbali pulang ke kmpung halamanku...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, terima kasih! kampung halaman memang selalu memiliki kenangan tersendiri yang tidak akan tergantikan. Semoga bisa mendapat kesempatan untuk kembali dan merasakan kenangan dan kehangatan kampung halaman.

      Hapus
  2. Masya Allah indahnya, jadi rindu pulang ke NTT

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih! NTT memang selalu punya pesona yang bikin kita rindu, dan semoga kerinduan itu segera terobati.

      Hapus

Posting Komentar