Allah selalu punya cara untuk memanggil hamba-hambanya yang berjalan terlampau jauh dari-Nya. Sejauh apapun itu jika Allah berkehendak maka tak akan ada penghalang. Kun Fayakun, jadi maka jadilah.
Aku agaknya prihatin dengan pemikiran pesimis yang begitu marak. Tidak sedikit aku dapati orang-orang yang saling melempar penilaian betapa buruk orang-orang yang hidupnya jauh dari Allah. Saling melempar telunjuk memberi laber kafir hanya karena sedikit perbedaan.
Padahal Islam hadir di dunia ini sebagai rahmatan lil alamin bukan sebagai bahan vonis.
Aku teringat pada satu riwayat hadits ketika Rasulullah mengatakan kepada sahabatnya bahwa Ia tidak diperintahkan ke dunia ini untuk membelah dada setiap manusia.
"Sesungguhnya aku tidak diperintah untuk membelah dada manusia, tidak pula membedah perutnya." (HR. Bukhari).
Rasulullah saja tidak memusingkan isi hati manusia, lantas mengapa kita sebagai manusia biasa begitu sibuk mengurisi isi hati manusia?
Bukankah dalam ayat-ayat dakwah Allah juga menggunakan kata menyerukan, mengajak, mengingatkan, dan mencegah? Allah tidak memerintahkan kita dalam menyebarkan kebaikan untuk memeriksa bahkan merubah isi hati manusia, bukan? Sebab hati adalah urusan antara hamba dan Sang Maha Kuasa.
Ingin sekali aku menyuarakan ini agar setiap orang lebih fokus memperbaiki hubungan dengan Allah dari pada fokus mengomentari kehidupan orang lain. Sebab tak ada satu pun yang mengetahui rencana yang telah Allah siapkan untuk setiap insan.
Bisa jadi orang yang kita juluki kafir hari ini sebenarnya sedang Allah persiapkan menjadi hamba yang Allah dicintai di hari esok. Dan bisa jadi orang-orang yang sudah merasa aman dengan solatnya malahan mendatangkan murka Allah di kemudian hari.
Bukankah Allah pernah berkata, “Maka celakalah bagi orang-orang yang solat?
Maka alangkah indahnya jika masing-masing kita menyibukkan diri untuk memperbaiki hati dan ibadah sendiri sembari berharap Allah mempertemukan setiap insan dengan hidayah-Nya
Komentar
Posting Komentar